Revitaliasi Ormawa Kampus: Mengungkap Akar Masalah dan Mengembalikan Antusias Mahasiswa


Organisasi Mahasiswa (Ormawa) telah lama menjadi bagian integral penting kehidupan kampus manapun, bukan hanya itu bahkan sejarah mencatat berbagaimacam kisah heroik aktivis ormawa dalam memperjuangkan hak rakyat, terutama rakyat marginal, namun dalam beberapa tahun terakhir
terjadi penurunan yang signifikan dalam antusias mahasiswa dalam mengikuti dan terlibat aktif dalam kegiatan ormawa. Fenomena ini telah mengkhawatirkan banyak pihak, karena keberadaan ormawa sangat penting dalam kehidupan kampus dan masyarakat. Artikel ini akan mengungkap akar masalah yang mendasari matinya ormawa kampus dan memberikan beberapa strategi untuk mengembalikan antusias mahasiswa dalam organisasi mahasiswa.

  1. Perubahan Budaya Kampus, pada zaman dahulu Ormawa memang menjadi satu-satunya wadah paling efektif bagi mahasiswa untuk memperoleh skill seperti publick speakig, leadership dan lain sebagainya, hal ini dapat menjadikan ormawa sebagai suatu hal yang wajib diikuti oleh Mahasiswa, Pada masa kini, peran Ormawa tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan efektif bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Terdapat berbagai macam inisiatif dan kesempatan di luar Ormawa yang dapat diikuti oleh mahasiswa untuk memperoleh keterampilan kepemimpinan dan sejenisnya. Misalnya, program-program pelatihan, seminar, workshop, atau program volunteer di luar kampus, belum lagi dengan adanya program MBKM yang menawarkan praktik kerja langsung, leaving cost dan lain sebagainya. sangat wajar jika mahasiswa akan mencari mana yang lebih bermanfaat untuk dirinya, sehingga penting bagi Ormawa untuk melakukan evolusi agar dapat sustain kedepannya.
  2. Kurangnya visi dan kepemimpinan yang kuat, Kepemimpinan yang kuat dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anggota Ormawa. Namun, jika kepemimpinan lemah, anggota mungkin kehilangan semangat dan kepercayaan pada organisasi tersebut. Tanpa inspirasi dan motivasi yang tepat, Ormawa pasti akan mengalami penurunan partisipasi dan keterlibatan anggota, apalagi terjadi kekosonyan pemimpin dalam tengah-tengah periode, hal itu akan berimbas pada kehidupan Ormawa pada satu periode kedepannya.
  3. Kurangnya keterlibatan dan dukungan kampus, hal ini bukan melulu soal pemberian beasiswa aktivis, seperti kasus lain tidak dapat dipungkiri meski kampus meklaim bahwa merkea telah memberikan dukungan penuh kepada ormawa, namun pada faktanya, masih ada saja dosen yang tidak memberikan izin kepada mahasisawa untuk melakukan proker di jam mata kuliah (MK), para dosen memerintahkan anak ormawa untuk ngeproker ketika tidak ada MK namun nyatanya mata kuliah terjadi full dalam sepekan dan ketika libur kampus tidak boleh digunakan untuk kegiatan
Dari ketiga akar permasalahan yang telah diapaparkan diatas, berikut adalah solusi yang saya tawarkan untuk menyikapinya, yaitu:

  1. Penguatan visi dan kepemimpinan: Ormawa perlu mengembangkan visi yang jelas dan memberdayakan pemimpin yang kuat. Visi yang jelas akan membantu Ormawa dalam menetapkan tujuan yang spesifik dan memberikan arah yang jelas bagi kegiatan yang dilakukan. Selain itu, pemimpin yang kuat dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anggota Ormawa, memastikan partisipasi yang aktif dan keterlibatan yang tinggi.

  2. Kolaborasi dengan program-program eksternal: Ormawa dapat menjalin kerjasama dengan program-program eksternal seperti program pelatihan, seminar, workshop, atau Ngo di luar kampus. Dengan berkolaborasi, Ormawa dapat memanfaatkan sumber daya dan kesempatan yang ditawarkan oleh program-program tersebut untuk memberikan pengalaman yang beragam kepada anggota dalam mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan sejenisnya.

  3. Membangun hubungan yang lebih baik dengan dosen dan kampus: Ormawa perlu menjalin komunikasi yang baik dengan dosen dan pihak kampus lainnya. Ini termasuk membicarakan kebutuhan dan manfaat dari kegiatan Ormawa serta memastikan pemahaman yang lebih baik tentang jadwal kuliah dan penggunaan waktu di luar jadwal tersebut. Dengan membangun hubungan yang baik, Ormawa dapat mencari solusi yang lebih menguntungkan kedua belah pihak, termasuk mendapatkan dukungan dan izin yang diperlukan.

  4. Mendiversifikasi kegiatan dan inisiatif: Ormawa perlu memperluas jenis kegiatan yang ditawarkan, tidak hanya terfokus pada proker internal, tetapi juga melibatkan kegiatan eksternal yang relevan. Misalnya, menjalin kemitraan dengan organisasi di luar kampus, mengadakan acara kolaboratif dengan organisasi lain, atau mengikuti program-program yang ditawarkan oleh kampus, seperti program MBKM. Hal ini akan memberikan variasi dan fleksibilitas dalam mengembangkan keterampilan anggota Ormawa.

  5. Meningkatkan komunikasi dan partisipasi anggota: Ormawa perlu melibatkan anggota dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan kegiatan. Dengan melibatkan anggota secara aktif, Ormawa dapat menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab yang lebih besar, sehingga meningkatkan partisipasi dan keterlibatan anggota dalam kegiatan organisasi.

  6. Membangun kemitraan dan dukungan eksternal: Ormawa dapat mencari dukungan dan kemitraan dengan pihak eksternal seperti organisasi profesi, alumni, atau pihak industri. Melalui kemitraan ini, Ormawa dapat mendapatkan dukungan finansial, mentorship, atau pelatihan tambahan yang dapat membantu dalam pengembangan anggota dan kegiatan Ormawa secara keseluruhan.

Melalui implementasi solusi ini, diharapkan Ormawa dapat terus relevan dan berkembang sesuai dengan perubahan budaya kampus serta tetap menjadi wadah yang efektif bagi mahasiswa dalam menjadi wadah implemenatsi Tri Dharma perfuruan tinggi

Komentar